Rabu, Juli 9, 2025
31.9 C
Jakarta

Mendaki 44,7%, Laba Bersih Bank Maybank Indonesia Capai Rp960 Miliar pada Paruh Pertama 2023  

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Maybank Indonesia, Tbk (BNII) atau Maybank Indonesia membukukan Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) sebesar Rp960 miliar. Perolehan ini mendaki 44,7% dibandingkan Rp663 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Pertumbuhan laba bersih Maybank Indonesia antara lain ditopang oleh pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) sebesar 6,7%. Ini didukung oleh Net Interest Margin (NIM) yang naik 41 bps menjadi 5,1% seiring meningkatnya kredit dan membaiknya komposisi aset dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

Selain itu, laba bersih Perseroan disokong oleh pendapatan fee-based yang naik 25,6% menjadi Rp1,10 triliun dari Rp872 miliar. Adapun kenaikan fee based income (FBI) karena pendapatan fees transaksi Global Market melesat sebesar 239,3% menjadi Rp182 miliar dari Rp54 miliar tahun sebelumnya. Peningkatan ini didukung pergerakan suku bunga yang stabil dan prospek pasar yang positif serta kinerja layanan valas yang terus membaik. Di samping itu, Perseroan juga mencatat pendapatan fees di luar Global Market yang menguat 11,6% menjadi Rp913 miliar dari Rp818 miliar. Ini didukung pendapatan asset recovery fees (Bank saja) yang bertambah dari tujuh kali menjadi Rp241miliar serta fees terkait bisnis pembiayaan (kredit) dan ritel.

Menurut Taswin Zakaria, Presiden Direktur Maybank Indonesia, selama periode Januari-Juni 2023, Bank telah menyalurkan kredit senilai Rp109,97 triliun. Angka ini melejit 2,9% ketimbang Rp106,81 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan kucuran pinjaman ini, seiring berlanjutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mendorong naiknya konsumsi dan daya beli masyarakat.

Bank mencatat kredit CFS ritel dan non-ritel tumbuh 7,2% menjadi Rp69,42 triliun dari Rp64,73 triliun. Ini ditopang pertumbuhan kredit CFS ritel yang signifikan sebesar 15,4% menjadi Rp41,49 triliun dari Rp35,95 triliun. Peningkatan kredit CFS ritel tersebut didukung oleh pertumbuhan pembiayaan otomotif anak perusahaan sebesar 25,8% untuk kredit kendaraan roda dua dan 28,0% untuk kendaraan roda empat. Ini juga tertopang pertumbuhan bisnis kartu kredi dan KTA sebesar 21,8% serta KPR sekitar 1,8%.

Pada semester pertama 2023, Bank tetap mengambil langkah konservatif untuk menyeimbangkan portofolio kredit non-ritel serta menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit guna menjalin komitmen jangka panjang dengan nasabah. Melalui langkah tersebut, kredit CFS non-ritel mengalami penurunan sebesar 2,9% disebabkan segmen Business Banking turun 6,8%, diikuti segmen kredit Usaha Kecil Menengah (diklasifikasikan oleh Bank sebagai SME+) yang turun 4,0%.

“Meski demikian, segmen Business Banking mampu mencatat pertumbuhan sebesar 2,7% Q-o-Q didorong oleh komitmen-komitmen baru dengan pricing yang lebih kompetitif. Kredit segmen Retail Small-Medium Enterprise (RSME) masih terus melanjutkan momentum pertumbuhannya dengan mencatat kenaikan sebesar 1,3% menjadi Rp12,70 triliun dari Rp12,54 triliun sehubungan dengan diberlakukannya program retensi pada segmen tersebut,” ujar Taswin, dalam keterangan resmi dikutip Selasa (1/8/2023).

Dari sisi kredit korporasi, segmen Global Banking turun 3,7% menjadi Rp40,55 triliun, namun segmen ini bertumbuh positif sebesar 3,2% Q-o-Q. Bank berupaya agar momentum pertumbuhan segmen Global Banking dapat terus berlanjut pada kuartal-kuartal berikutnya.

Taswin mengatakan, pada periode yang sama, total simpanan nasabah Maybank Indonesia mencapai Rp110,38 triliun, turun 1,1% dari Rp111,66 triliun. Penurunan tersebut, disebabkan terutama oleh simpanan CASA yang berkurang 2,7%. Sebaliknya, simpanan deposito berjangka tercatat naik 0,4% dan bertumbuh secara signifikan sebesar 13,8% Q-o-Q. Ini sehubungan dengan upaya nasabah untuk meningkatkan nilai dananya melalui produk simpanan dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Rasio CASA tercatat sebesar 48,6%, dan Bank akan terus menerapkan berbagai strategi untuk mengoptimalkan simpanan berbiaya murah dengan memanfaatkan layanan digital dalam meningkatkan CASA.

Maybank Indonesia mencatat peningkatan biaya overhead sekitar 6,4% menjadi Rp2,94 triliun. Ini disebabkan langkah Bank dalam mengintensifikasikan pengembangan sumber daya manusia berbekal keterampilan Future Ready.

Per Juni 2023, seiring membaiknya kualitas aset Bank, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) tercatat menurun sebesar 8,2%, saldo Non Performing Loan (NPL) menyusut sebesar 4,4% serta rasio Loan at Risk (LAR) membaik. Adapun Bank LAR saja mencapai 11,5% pada Juni 2023 turun dari 15,3% pada Juni 2022.

Sementara itu, rasio  NPL konsolidasian tercatat membaik menjadi 3,3% (gross) dan 2,2% (net) pada Juni 2023 dari 3,5% (gross) dan 2,6% (net) pada Juni 2022. Bank mencatat rasio kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) pada posisi sehat sebesar 84,9% pada Juni 2023 dari 84,0% pada Juni 2022. Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja) tercatat sebesar 168,8% pada Juni 2023, berada di atas minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.

Posisi permodalan tetap kuat dengan rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 28,6% pada Juni 2023. Sedangkan total modal mencapai Rp29,27 triliun pada akhir Juni 2023.

Artikel Terkait

Dolar AS Menguat, Yen Tertekan Tarif Trump, Dolar Australia Melesat Berkat Kejutan RBA

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Penerbitan Surat Utang Diprediksi Tembus Rp70 Triliun pada Semester Dua 2025! Sektor Ini Jadi Jawaranya!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Penerbitan surat utang korporasi nasional mencatat...

Geger! Trump Kenakan Tarif Baru, Dolar Langsung Melesat

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini