Sabtu, Maret 22, 2025
28.6 C
Jakarta

Wall Street Terjun Bebas, Saham Big Tech Terkapar. Ini Pemicunya!

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street berakhir beragam pada penutupan perdagangan Kamis (11/7/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (12/7/2024) WIB. Pasar saham Amerika Serikat (AS) itu mengalami penurunan signifikan. S&P 500 dan Indeks Nasdaq Composite kompak terjun bebas setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi.

Mengutip CNBC International, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS naik tipis sebesar 32,39 poin atau 0,08%, menjadi 39.753,75. Sebaliknya, Indeks S&P 500 (SPX), melorot 49,37 poin atau 0,88%, mencapai 5.584,54.  Nasib serupa juga terjadi dengan Indeks komposit Nasdaq (IXIC), merosot sedalam 354,04 poin atau 1,95%, menyentuh level 18.283,41.

Penurunan ini terutama dipicu oleh saham-saham teknologi besar. Nvidia turun lebih dari 5%, dan Meta Platforms juga terkena imbas. Hal ini terjadi setelah laporan indeks harga konsumen (CPI) menunjukkan angka terendah dalam tiga tahun terakhir. Investor memilih menjual saham teknologi dan beralih ke saham perusahaan kecil serta saham yang terkait perumahan.

Indeks Russell 2000 yang mewakili saham-saham berkapitalisasi kecil naik sekitar 3,6%. Kenaikan ini didorong oleh harapan akan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan September.

Menurut Joseph Cusick dari Calamos Investments, pasar saham telah terlalu lama didominasi oleh saham-saham besar dengan volatilitas rendah, yang menjadi tanda bahaya bagi para kontrarian. “Laporan CPI yang lebih dingin dari perkiraan telah mengguncang pasar ini; sekarang mari kita lihat apa yang akan terjadi dengan laporan laba,” ujarnya.

Saham-saham terkait perumahan seperti Home Depot dan D.R. Horton melonjak dengan harapan bahwa suku bunga yang lebih rendah akan menghidupkan kembali pasar perumahan yang sedang lesu. Saham industri seperti Caterpillar juga mengalami kenaikan.

Data CPI menunjukkan penurunan 0,1% dari bulan Mei, membawa tingkat inflasi tahunan turun menjadi 3%. Angka ini lebih rendah dari perkiraan para ekonom yang memprediksi kenaikan 0,1% bulanan dan 3,1% tahunan. Core CPI, yang tidak memasukkan makanan dan energi, juga turun ke angka tahunan 3,3%, lebih rendah dari perkiraan.

Setelah data CPI dirilis, imbal hasil obligasi pemerintah AS turun karena para trader meningkatkan taruhan mereka pada pemotongan suku bunga. Kemungkinan pemotongan suku bunga pada bulan September naik menjadi sekitar 93% berdasarkan perdagangan fed funds futures, menurut CME FedWatch Tool. Namun, para trader masih melihat Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan ini.

Peter Boockvar dari Bleakley Financial Group menyatakan bahwa aksi pasar hari ini mencerminkan ketegangan antara beberapa saham besar dan saham lainnya. “Jika ada area pasar yang membutuhkan pemotongan suku bunga, itu adalah bisnis kecil dan menengah yang paling menderita karena biaya modal yang lebih tinggi,” katanya.

Artikel Terkait

Wall Street Melemah, Pasar Masih Dibayangi Ketidakpastian Ekonomi

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan...

Bursa Eropa Melemah! Saham Thyssenkrupp Anjlok 4%, DAX Jerman Jatuh 1,2%

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa melemah pada penutupan...

Bursa Asia Ditutup Variatif, Investor Mencermati Kebijakan Suku Bunga

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik berakhir beragam pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini