STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Batam Tirta Surya (BTS), anak usaha PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), bersama dengan PT PLN Nusantara Renewables (PLNR)), entitas anak PLN telah mendirikan perusahaan patungan bernama PT Nusantara Tembesi Baru Energi (NTBE) pada 4 April 2024. NTBE menjalankan kegiatan usaha di bidang penyediaan tenaga listrik.
Alvin F Sunanda, Direktur TOBA dalam laporan keterbukaairekn informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/4/2024), mengemukakan, komposisi pemegang saham NTBE adalah BTS sebesar 51% dan PLNR sebesar 49%.
Menurut Alvin, pendirian perusahaan patungan NTBE ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian jual beli listrik antara konsorsium Perseroan dengan PT PLN Nusantara Power dan PLN Batam pada 12 Februari 2024. Hal ini juga sehubungan dengan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung Batam, yang berlokasi di Waduk Tembesi 46 MWP yang telah dilaporkan Perseroan ke OJK.
“Pendirian NTBE merupakan inisiatif Perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi dan diversifikasi usaha ke sector energy terbarukan,” kata Alvin.
Menurut Alvin, perjanjian jual beli listrik tersebut merupakan bagian dari upaya Perseroan untuk pengembangan energy ramah lingkungan dalam mendukung program pemerintah menuju pencapaian target net zero emission (NZE) pada 2060. Langkah ini dan secara jangka panjang akan memperkuat keuangan TOBA.
Seperti diketahui, listrik yang dihasilkan dari proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) secara spesifik disuplai untuk mendukung kebutuhan listrik di Batam. Hal ini sebagai langkah awal yang strategis dalam kontribusi TOBA terhadap pengembangan usaha ramah lingkungan di Indonesia, khususnya di Pulau Batam.
TOBA membukukan laba US$7,9 juta pada 2023, anjlok 86,32% jika dibandingkan US$57,82 juta pada 2022. Penurunan laba emiten batubara beraset US$947,83 juta per Desember 2023 itu, disebabkan oleh pendapatan bersih yang merosot 21,15% menjadi US$501,26 juta pada 2023, dari US$635,79 juta pada 2022.
Tahun ini, manajemen TOBA menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure ( Capex) sebesar US$200 juta-US$250 juta. Dana belanja modal tersebut akan digunakan oleh Perseroan untuk menopang pengembangan bisnis energy terbarukan, kendaraan listrik, dan pengolahan sampah.