Jumat, Mei 16, 2025
32.2 C
Jakarta

Distribusi Batubara Terganggu, HBA Januari 2023 Naik 8,43%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Januari 2023 berada di angka USD305,21 per ton. Angka tersebut naik 8,43% atau US$23,73 per ton, dari bulan Desember 2022 sebesar US$281,48 per ton. Kenaikan tersebut, salah satunya dipicu oleh gangguan distribusi batubara di Australia sebagai salah satu pemasok batubara global.

“Cuaca bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya HBA. Lonjakan harga batubara Australia yang terjadi saat ini dikarenakan tingginya curah hujan yang menyebabkan terkendalanya angkutan batubara,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, dikutip Selasa (3/1).

Lebih lanjut, Agung menjelaskan kendala distribusi batubara terjadi di pelabuhan muat. “Adanya permasalahan di pelabuhan muat yang memicu terkendalanya pasokan batubara Australia ke negara importir, seperti Jepang dan Korea juga turut andil,” terang Agung.

Di samping itu, faktor lain yang mengerek kenaikan HBA adalah kenaikan index bulanan Globalcoal Newcastle Index (GCNC) sebesar 16,23% dan Newcastle Export Index (NEX) sebesar 17,88%, meskipun index Platts dan Indonesia Coal Index (ICI) turun sebesar masing-masing 8,81% dan 3,25%.

Pada tahun 2022 lalu, HBA sempat menyentuh nilai tertinggi pada bulan Oktober, dimana HBA terkerek hingga menyentuh level US$330,97 per ton. Kondisi geopolitik Eropa imbas konflik Rusia – Ukraina yang menyebabkan fluktuasi harga gas Eropa menjadi faktor pengerek utama pada saat itu.

Nantinya, HBA ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batubara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel) selama bulan Januari 2023.

Perlu diketahui, terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

Artikel Terkait

Utang Luar Negeri Indonesia Triwulan I 2025 Tercatat US$430,4 Miliar, Tumbuh 6,4%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) mengumumkan, Utang Luar...

Penjualan Mobil Lagi Lesu, Astra Tetap Jawara Pasar! Tapi Merek China Bikin Kejutan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Penjualan mobil di Indonesia pada Januari...

PIER Ramal Ekonomi RI Melempem di 2025, Cuma Tumbuh 4,5 – 5%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Permata Bank lewat Permata Institute for...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru

<p>Anda tidak dapat copy content di situs ini</p>