Kamis, Maret 20, 2025
26.9 C
Jakarta

Dolar AS Melemah! Yen dan Franc Swiss Jadi Pilihan Aman Investor

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS melemah terhadap yen Jepang dan franc Swiss pada penutupan perdagangan Senin (10/3/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (11/3/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap perang dagang dan perlambatan ekonomi AS. Sementara itu, euro mengurangi kenaikan yang dicatat pekan lalu.

Mengutip CNBC International, pasar masih mencermati ketegangan perdagangan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memberlakukan tarif baru terhadap mitra dagang utama. Namun, beberapa tarif ditunda selama satu bulan karena kekhawatiran akan perlambatan ekonomi.

Dolar AS turun 0,76% menjadi 146,91 terhadap yen Jepang setelah sempat menyentuh level terendah sesi di 146,625, yang merupakan titik terendah sejak awal Oktober tahun lalu. Terhadap franc Swiss, dolar AS turun 0,06% ke 0,879, mencapai level terendah sejak awal Desember.

Euro naik tipis 0,03% terhadap dolar AS menjadi US$1,083350, tetapi masih mendekati level tertinggi empat bulan. Pasar kini menunggu detail rencana peningkatan belanja di Eropa. Pekan lalu, mata uang tunggal ini mencatatkan pekan terbaik dalam 16 tahun terakhir.

Menteri keuangan Uni Eropa akan bertemu pada Senin untuk membahas pendanaan pertahanan. Negara-negara Eropa bergegas meningkatkan belanja setelah Trump membekukan bantuan militer AS ke Ukraina dan memunculkan keraguan atas komitmen Washington terhadap sekutunya di Eropa.

“Kebanyakan waktu, pasar valuta asing sangat terpusat pada AS, apakah dolar menguat atau melemah secara keseluruhan,” kata Eugene Epstein, Head of Trading and Structured Products di Moneycorp, New Jersey.

“Tetapi saat ini, ada banyak faktor lain yang muncul, seperti di Eropa, di mana pergerakan besar euro didorong oleh potensi peningkatan belanja pemerintah dan kemungkinan Bank Sentral Eropa lebih hawkish dari yang direncanakan,” tambahnya.

Pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 75 basis poin oleh The Fed tahun ini, menurut data LSEG. Pemotongan suku bunga pertama diperkirakan akan terjadi pada Juni. Investor juga menanti data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu.

Di pasar valuta berjangka, investor memangkas posisi beli dolar AS bersih menjadi US$15,3 miliar dari rekor tertinggi sembilan tahun sebesar US$35,2 miliar pada Januari.

“Jika kita membaca lebih dalam, sepertinya pemerintahan Trump sebenarnya menginginkan dolar yang lebih lemah, terlepas dari pernyataan resmi mereka,” ujar Epstein.

Sementara itu, data ekonomi Jepang menunjukkan kenaikan gaji reguler sebesar 3,1% pada Januari, meningkat dari revisi 2,6% pada Desember, dan menjadi lonjakan terbesar sejak 1992. Namun, inflasi yang mencapai level tertinggi dua tahun menyebabkan upah riil justru turun.

Bank of Japan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga dalam pertemuan kebijakan pada 18-19 Maret. Namun, pejabat bank sentral terus menilai keberlanjutan pertumbuhan upah setelah kenaikan suku bunga pada Januari lalu.

Di sisi lain, krone Norwegia menguat terhadap dolar AS dan euro. Mata uang ini mencapai level terkuat sejak Oktober di 10,7585 krone per dolar AS setelah lonjakan inflasi menimbulkan keraguan terhadap rencana bank sentral untuk mulai memangkas biaya pinjaman pada Maret.

Yuan China melemah pada Senin setelah data akhir pekan menunjukkan indeks harga konsumen Februari turun dengan laju tercepat dalam 13 bulan terakhir.

Dolar Kanada juga tertekan, melemah 0,33% terhadap dolar AS ke C$1,4415 per dolar AS. Sementara itu, mantan bankir sentral Mark Carney meraih kemenangan telak dalam pemilihan untuk memimpin Partai Liberal Kanada dan berpotensi menjadi perdana menteri berikutnya. Ia diperkirakan bakal berhadapan dengan Trump terkait kebijakan tarif perdagangan.

Artikel Terkait

Dolar AS Pangkas Penguatan Usai Keputusan The Fed

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) - Dolar Amerika Serikat (AS) mengurangi penguatannya...

Pendapatan Tumbuh, Rugi Bukalapak Naik 13,97%. Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Bukalapak.Com Tbk (BUKA) mencatat pendapatan...

Turun 22,05%, Laba Distributor BBM (AKRA) Rp2,39 Triliun pada 2024, Ini Penyebabnya!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membukukan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini