STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia kembali anjlok pada penutupan perdagangan Selasa (16/7/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (17/7/2024) WIB. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok menjadi faktor utama yang menekan permintaan minyak. Penurunan ini terjadi meskipun ada harapan bahwa Federal Reserve AS mungkin akan segera memangkas suku bunga utama pada bulan September.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2024 merosot 72 sen atau 0,9% menjadi US$81,19 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September 2024, turun 66 sen atau 0,8% menjcapai US$84,19 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Data ekonomi Tiongkok yang lebih lemah menimbulkan keraguan apakah pelaku pasar terlalu optimis terkait prospek permintaan minyak di China. Ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh 4,7% pada April-Juni. Angka ini adalah tingkat pertumbuhan paling lambat sejak kuartal pertama 2023 dan meleset dari perkiraan 5,1% dalam jajak pendapat Reuters.
Pertumbuhan ini melambat dari ekspansi kuartal sebelumnya sebesar 5,3%. Penurunan ini disebabkan oleh masalah properti yang berkepanjangan dan ketidakamanan pekerjaan. Angka PDB dan penjualan ritel kuartal kedua mengecewakan dengan margin yang signifikan. Harapan untuk stimulus yang lebih kuat pada Pleno Ketiga mungkin menghadapi risiko kekecewaan.
Di AS, Ketua Fed Jerome Powell menyatakan pada hari Senin bahwa tiga laporan inflasi AS selama kuartal kedua tahun ini menambah kepercayaan bahwa laju kenaikan harga kembali ke target bank sentral secara berkelanjutan. Pernyataan ini diartikan oleh pasar sebagai indikasi bahwa penurunan suku bunga mungkin akan segera terjadi.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak. Namun, beberapa analis memperingatkan agar tidak terlalu optimis. Kelemahan yang diharapkan dalam beberapa data ekonomi makro dari AS masih bisa merugikan permintaan minyak dalam jangka pendek.
Faktor makro tidak mendukung harga minyak yang lebih tinggi dalam jangka pendek, dengan harga WTI diperkirakan terbatas di bawah US$85 per barel. Hal ini disebabkan oleh prospek penjualan ritel AS yang lebih lemah untuk bulan Juni yang akan dirilis nanti hari ini.