STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali terjun bebas pada penutupan perdagangan hari Jumat (27/9/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (28/9/2024) WIB. Ini adalah penurunan ketiga berturut-turut yang membuat harga minyak diperkirakan mengakhiri pekan dengan catatan negatif. Para investor kini berspekulasi mengenai harapan peningkatan pasokan minyak dari Libya dan kebijakan OPEC+.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November merosot 58 sen, atau 0,9%, menjadi US$67,09 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November berakhir anjlok 57 sen, atau 0,8%, mencapai US$71,03 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Menurut analis dari FGE Energy, situasi di Libya menjadi fokus utama pasar minggu ini. “Pertikaian antara faksi-faksi yang mengklaim kendali atas Bank Sentral Libya telah menciptakan kesepakatan untuk mengakhiri sengketa,” ungkapnya. Sebelumnya, konflik ini menyebabkan penurunan drastis dalam produksi dan ekspor minyak, yang kini hanya mencapai 400.000 barel per hari, turun dari lebih dari 1 juta barel per hari.
Kabar baiknya, kesepakatan ini diperkirakan dapat mengembalikan lebih dari 500.000 barel per hari pasokan Libya ke pasar. “Ini bisa memberikan dampak positif pada harga minyak global,” kata Daniel Hynes, analis dari ANZ Bank. Di sisi lain, OPEC+ saat ini memangkas total output minyak sebanyak 5,86 juta barel per hari. Namun, mereka berencana untuk membalikkan pemotongan sebanyak 180.000 barel per hari pada bulan Desember.
Media juga melaporkan bahwa perubahan kebijakan ini terjadi karena keputusan Arab Saudi untuk meninggalkan target harga minyak US$100 dan berusaha merebut pangsa pasar. Hal ini menyebabkan harga minyak anjlok hingga 3% dalam sesi sebelumnya. Meskipun Arab Saudi, sebagai pemimpin de facto OPEC+, membantah menargetkan harga tertentu, spekulasi mengenai persaingan untuk merebut pangsa pasar semakin menguat.
Secara keseluruhan, pasar minyak global tampak sangat berhati-hati terhadap keseimbangan minyak dunia di tahun 2025. Langkah-langkah yang harus diambil OPEC+ juga menjadi sorotan. Suasana bearish yang baru-baru ini terjadi diperkuat oleh posisi bersih rendah yang tercatat di kontrak Brent ICE. “Ketidakpastian ini membuat banyak investor memilih untuk menjauh dari pasar, menunggu kejelasan lebih lanjut,” pungkas Hynes.