STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Kinerja pasar modal Indonesia diperkirakan akan lebih menantang pada semester kedua 2024. Hal ini diungkapkan oleh Kunwidarto, Direktur Penilaian Emiten dan Perusahaan Publik Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Menurut hemat kami, masih cukup menantang di tengah tekanan global seperti ada tensi geopolitik, kebijakan suku bunga The Fed, dan proyeksi ekonomi global yang tetap stabil di 2,6% pada 2024 berdasarkan World Bank atau 3,2% berdasarkan IMF,” jelas Kunwidarto, dalam wawancara dengan Kompas TV, di program Kompas Bisnis, Senin (29/7/2024). Selain itu, kondisi domestik seperti perkembangan nilai rupiah, kebijakan suku bunga Bank Indonesia, inflasi, dan perkiraan pertumbuhan ekonomi sekitar 4,9-5% juga turut mempengaruhi.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pasar modal Indonesia masih memiliki ruang untuk berkinerja positif. “Saat ini ada 112 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif sekitar Rp35,77 triliun,” ujar Kunwidarto. OJK optimistis target pengimpunan dana sebesar Rp200 triliun akan tercapai pada akhir tahun ini.
Kunwidarto juga menjelaskan bahwa minat industri untuk melakukan pendanaan melalui skema Initial Public Offering (IPO) atau penerbitan instrumen investasi pasar modal lainnya masih cukup tinggi. “Penawaran umum per 19 Juli 2024 sebesar Rp127,4 triliun yang terdiri dari efek bersifat utang dan sukuk mencapai Rp87,59 triliun, IPO sekitar Rp3,56 triliun, dan PUT sekitar Rp36,3 triliun,” ungkapnya.
Optimisme ini didukung oleh pengalaman tahun-tahun sebelumnya, di mana laporan keuangan Juni baru akan masuk pernyataan pendaftarannya di bulan Agustus atau September. Dengan demikian, diharapkan akhir tahun 2024, target pengimpunan dana sebesar Rp200 triliun akan tercapai.