STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Saham PT Ketrosden Triasmitra Tbk (KETR) resmi dicatatkan dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (10/11/2022). Pada diperdagangkan perdananya, harga sham KETR naik Rp60 (20%) menjadi Rp360 dari harga penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp300/saham. Volume perdagangan saham di pasar reguler hingga waktu tersebut mencapai 148,51 juta unit senilai Rp52,37 miliar. Adapun frekuensi perdagangan saham bernominal Rp100 per unit itu sebanyak 22,492 kali.
KETR, perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangunan, penjualan dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi kabel fiber optik itu, menjadi emiten ke-54 yang tercatat di BEI tahun ini.
Perusahaan yang beroperasi lebih dari 27 tahun itu, melepas sebanyak 426,2 juta saham. Besaran saham itu setara dengan 15.00% dari modal disetor dan ditempatkan Triasmitra setelah IPO. Seluruhnya merupakan saham baru. Adapun total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp127,86 miliar.
Triasmitra menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek dalam proses IPO ini.
Menurut Titus Dondi, CEO Triasmitra Group, IPO merupakan salah satu langkah strategis Perseroan. “Diharapkan dengan masuknya Triasmitra dalam Bursa Efek Indonesia dapat meningkatkan ekspansi usaha, tata kelola, kapasitas pendanaan, dan prinsip keterbukaan Triasmitra lebih baik sebagai perusahaan publik,” ujarnya di Jakarta, Kamis (10/11).
Titus menjelaskan, dana yang diperoleh dari aksi korporasi ini akan digunakan untuk modal kerja Perseroan dan Entitas Anak. Modal kerja tersebut dalam bentuk pembelian material, pembelian peralatan proyek dan pembiayaan operasional usaha.
“Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki potensi dan kesempatan yang besar untuk meingkatkan daya saing dengan negara-negara lainnya, yang salah satunya adalah melalui industri telekomunikasi dan infrastruktur pendukungnya. Beberapa hal yang harus ditingkatkan oleh Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara maju adalah akses informasi (connectivity) yang akan terkait erat dengan pemerataan jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia. Pemerataan jaringan telekomunikasi ini tentu memerlukan pembangunan jaringan infrastruktur telekomunikasi yang masif”, ujar Titus.