Kamis, Maret 20, 2025
26.9 C
Jakarta

Wall Street Ambruk! S&P 500 Terjun Bebas Gegara Ancaman Tarif Trump

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali tertekan pada penutupan perdagangan Kamis (13/3/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (14/3/2025) WIB. Investor panik setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru. Indeks utama pasar saham Amerika Serikat kompak jatuh di tengah kekhawatiran pasar atas ancaman tarif baru dari Donald Trump.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 537,36 poin atau 1,3% ke level 40.813,57. Penurunan ini terjadi selama empat hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 (SPX) melemah 77,78 poin atau 1,39% ke 5.521,52. Indeks ini resmi masuk zona koreksi setelah turun 10,1% dari rekor tertingginya.

Nasdaq Composite (IXIC), yang berisi banyak saham teknologi, juga anjlok. Indeks ini merosot 345,44 poin atau 1,96% ke level 17.303,01. Saham Tesla dan Apple ikut terseret dalam pelemahan pasar.

Trump kembali membuat pasar bergejolak setelah mengancam akan mengenakan tarif 200% pada semua produk alkohol dari Uni Eropa. Ancaman ini sebagai balasan atas tarif 50% yang dikenakan blok tersebut terhadap wiski asal AS. “Ini akan menjadi kabar baik bagi bisnis anggur dan sampanye di AS,” tulis Trump di Truth Social. Ia juga menegaskan tidak akan mengubah keputusannya terkait tarif yang lebih luas yang dijadwalkan mulai berlaku pada 2 April.

Ketidakpastian kebijakan perdagangan AS di bawah Trump terus menekan pasar. Investor semakin khawatir kebijakan ini dapat melemahkan kepercayaan korporasi dan konsumen. Sepanjang pekan ini, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing telah turun 4,3% dan 4,9%. Dow juga kehilangan 4,7%, menjadikannya pekan terburuk sejak Juni 2022.

Nasdaq sudah lebih dulu memasuki wilayah koreksi sebelum sesi perdagangan Kamis, kini turun lebih dari 14% dari rekor tertingginya. Sementara itu, indeks Russell 2000, yang mencerminkan saham-saham berkapitalisasi kecil, mendekati bear market setelah anjlok sekitar 19% dari puncaknya. Di Wall Street, koreksi terjadi saat indeks turun 10% dari puncaknya, sedangkan bear market didefinisikan sebagai penurunan 20% atau lebih.

“Perang tarif ini semakin memanas sebelum sempat mereda. Ini hanya menambah ketidakpastian yang tentu berdampak negatif bagi saham,” ujar Jed Ellerbroek, manajer portofolio di Argent Capital Management.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa pemerintahan Trump lebih fokus pada kesehatan ekonomi jangka panjang daripada pergerakan pasar dalam waktu singkat. “Saya tidak khawatir dengan sedikit volatilitas dalam tiga minggu terakhir,” katanya dalam wawancara di CNBC.

Pasar saham tetap melemah meski ada tanda-tanda inflasi yang mereda. Indeks harga produsen (PPI) AS untuk Februari tidak mengalami kenaikan, berlawanan dengan ekspektasi yang memperkirakan peningkatan. Ini mengikuti data indeks harga konsumen (CPI) yang juga lebih rendah dari perkiraan.

Beberapa analis berharap adanya rebound teknikal setelah aksi jual besar-besaran belakangan ini. Namun, banyak yang menilai data inflasi terbaru belum cukup untuk mendorong pemulihan signifikan. Kekhawatiran utama masih berpusat pada kebijakan perdagangan Trump yang dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed ke depan.

Artikel Terkait

Bursa Eropa Menguat Jelang Keputusan The Fed, Saham Pertahanan Jerman Melemah

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa menguat pada penutupan...

Pasar Asia-Pasifik Ditutup Variatif, Investor Pantau Tekanan Saham Teknologi dan Kebijakan Bank Sentral Jepang

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik berakhir beragam pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini