STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan pada Desember 2022 tumbuh 11,35% secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,24% (yoy). Demikian disampaikan oleh Perry Warjiyo, Gubernur BI, ditulis Jumat (20/1/2023).
Menurut Perry, peningkatan pertumbuhan kredit terjadi merata pada seluruh sektor ekonomi dan seluruh jenis kredit. Itu terutama Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja. “Fungsi intermediasi perbankan pada 2022 terus meningkat dan diprakirakan berlanjut pada tahun 2023,” ujar Perry.
Perry menjelaskan, pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah. Pada Desember 2022, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah mencapai 20,1% (yoy). Angka ini, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya sebesar 6,6% (yoy).
Sementara itu, di segmen UMKM, kata Perry, pertumbuhan kredit juga terus berlanjut. Itu khususnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh tinggi sebesar 29,66% (yoy). Perbaikan intermediasi perbankan didukung sisi penawaran kredit sejalan likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran kredit/pembiayaan yang longgar. Permintaan kredit juga meningkat sejalan kinerja korporasi dan konsumsi rumah tangga yang membaik yang mendorong kenaikan permintaan pembiayaan.
“Ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif, inklusif dan berkelanjutan, untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang belum pulih, Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan kredit/pembiayaan hijau, dalam rangka mendukung pemulihan perekonomian,” jelas Perry.
Dengan perkembangan tersebut serta sinergi kebijakan yang dilakukan otoritas, sektor keuangan, dan dunia usaha, Perry memprediksi pertumbuhan kredit pada 2023 berada pada kisaran 10 – 12% (yoy).
“Ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, terjaga baik dari sisi permodalan maupun likuiditas.Permodalan perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio /CAR) November 2022 tetap tinggi sebesar 25,45%,” papar Perry.
Seiring dengan kuatnya permodalan, lanjut dia, risiko kredit tetap terkendali. Itu tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL) pada November 2022 yang tercatat 2,65% (bruto) dan 0,75% (neto).
Perry mengatakan, likuiditas perbankan pada Desember 2022 tetap terjaga. Itu didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 9,01% (yoy). Hasil simulasi stress test Bank Indonesia menunjukkan bahwa ketahanan perbankan masih terjaga. “Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makroekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” ungkap Perry.