STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menguat pada penutupan perdagangan Jumat (28/2/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (1/3/2025) WIB. Penguatan greenback ini terjadi setelah euro terperosok ke level terendah dalam lebih dari dua pekan. Pelemahan euro dipicu oleh pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump yang berakhir tanpa kesepakatan. Pertemuan itu gagal memenuhi harapan akan tercapainya perdamaian di Ukraina, membuat pasar kecewa.
Mengutip CNBC International, Trump dan Zelenskyy terlibat adu argumen dalam pertemuan yang seharusnya meyakinkan AS untuk tetap mendukung Ukraina dalam konflik dengan Rusia. Namun, hasilnya justru memperbesar ketidakpastian pasar.
“Pasar saat ini sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian di berbagai aspek, dan ini hanya menambah daftar panjang kekhawatiran,” kata Jack McIntyre, manajer portofolio di Brandywine Global.
Euro langsung tertekan setelah pertemuan tersebut. Mata uang ini melemah 0,29% ke US$1,0367 setelah sempat jatuh ke US$1,0359, level terendah sejak 12 Februari.
Sebelumnya, euro sempat menunjukkan tanda-tanda stabil setelah terpuruk selama beberapa bulan, didorong harapan akan tercapainya kesepakatan damai. Namun, situasi kini berubah drastis.
Sementara itu, dolar AS sempat melemah tipis setelah data inflasi AS sesuai ekspektasi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,3% pada Januari, sama seperti bulan sebelumnya. Dalam 12 bulan terakhir, inflasi tercatat 2,5%, turun dari 2,6% di Desember.
Namun, belanja konsumen AS justru turun 0,2% bulan lalu, berbanding terbalik dengan kenaikan 0,8% di Desember.
“Saya curiga penurunan belanja ini bersifat sementara. Tapi tidak menutup kemungkinan kita akan melihat pelemahan lebih lanjut di Februari dan Maret,” ujar Thierry Wizman, analis global di Macquarie.
Dolar AS pun kembali menguat. Indeks dolar naik 0,23% ke 107,61. Sepanjang pekan ini, dolar naik sekitar 0,9%. Namun, secara bulanan masih turun 0,8%, menuju penurunan bulanan terbesar sejak September.
Pelaku pasar kini semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin pada Juni. Ekspektasi pemangkasan ini naik menjadi 79,1%, dari sebelumnya hampir 70%, menurut CME FedWatch Tool.
The Fed sendiri masih mempertahankan suku bunga tinggi sambil menunggu kepastian dampak tarif impor terhadap inflasi dan perlambatan ekonomi AS.
Dolar juga mendapat dorongan setelah Trump memastikan tarif impor 25% untuk barang dari Meksiko dan Kanada mulai berlaku 4 Maret, ditambah bea masuk 10% untuk produk asal China.