STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali jatuh tergelincir pada penutupan perdagangan hari Selasa (3/9/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (4/9/2024) WIB. Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), anjlok lebih dari 4%. Ini merupakan penutupan terendahnya sejak Desember 2023. Penurunan tersebut menghapus semua keuntungan yang telah dicapai sepanjang tahun ini.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ambles US$3,21 atau 4,36% menjadi US$70,34 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November longsor US$3,77 atau 4,86% mencapai S$73,75 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Penurunan harga minyak ini terjadi setelah laporan bahwa pemerintah-pemerintah saingan di Libya mungkin mencapai kesepakatan untuk memulihkan produksi minyak setelah beberapa hari mengalami gangguan. Pemerintah timur Libya di Benghazi telah memangkas produksi dalam perselisihan dengan pemerintah yang didukung PBB di Tripoli mengenai siapa yang seharusnya memimpin bank sentral.
Gubernur Bank Sentral Libya, Sadiq al-Kabir, menyatakan kepada Bloomberg bahwa ada indikasi kuat bahwa kedua pemerintah saingan di negara Afrika Utara tersebut semakin mendekati kesepakatan untuk mengakhiri perselisihan tersebut.
Tekanan tambahan pada harga minyak juga datang dari rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi dalam beberapa minggu ke depan. Aktivitas manufaktur di China dan AS yang mengecewakan juga memperburuk situasi pasar.
Menurut data yang dirilis akhir pekan lalu, manufaktur di China turun ke level terendah dalam enam bulan pada Agustus. Hal ini menjadi perhatian besar mengingat China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia.
Aktivitas manufaktur di AS juga lebih lambat dari yang diharapkan bulan lalu, menurut laporan dari Institute for Supply Management pada hari Selasa.
Namun, OPEC+ telah mengindikasikan bahwa mereka mungkin menunda peningkatan produksi yang direncanakan jika kondisi pasar tidak mendukung. Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets, menyarankan bahwa OPEC+ sebaiknya menunggu hingga Desember, mengingat permintaan yang melambat di China.