STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 40,68% secara tahunan (yoy) menjadi Rp4,26 triliun pada 2022. Ini merupakan pencapaian laba tertinggi emiten berkode BRIS tersebut sepanjang sejarah berdirinya bank syariah di Indonesia.
Menurut Direktur Utama BSI Hery Gunardi, peningkatan keuntungan Perseroan antara lain dipicu oleh pertumbuhan bisnis yang sehat dari segmen retail dan wholesale. Selain itu, ini juga didukung oleh peningkatan dana murah, kualitas pembiayaan yang baik, efisiensi dan efektivitas biaya serta fee based income (FBI).
Pembiayaan BSI menanjak sebesar 21,26% yoy menjadi Rp207,70 triliun sepanjang tahun 2022. Penyaluran kredit BSI didominasi oleh sektor konsumer dengan porsi mencapai Rp106,40 triliun, tumbuh 25,94% yoy. Pembiayaan wholesale juga naik 15,80% yoy. Selain itu, pembiayaan mikro mencatat pertumbuhan sekitar 32,71% yoy menjadi Rp18,74 triliun.
Hery menjelaskan, meroketnya penyaluran pinjaman diikuti dengan kualitas pembiayaan yang terjaga baik. Itu tercermin dari NPF Gross yang bertengger di level 2,42%.
Fee based income BSI Mobile tercatat mencapai Rp251 miliar, tumbuh 67% yoy. Adapun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BSI sebesar Rp261,49 triliun atau naik 12,11% yoy. DPK BSI didominasi oleh tabungan wadiah mencapai Rp44,21 triliun dan berada di peringkat ke 5 tabungan secara nasional dengan jumlah nasabah mencapai 17,78 juta orang. Pencapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) BSI menjadi 1,62%.
Lebih lanjut Hery menambahkan, pertumbuhan laba perseroan diiringi dengan meningkatnya aset BSI. Hingga Desember 2022, aset Perseroan mencapai Rp305,73 triliun, tumbuh 15,24% secara yoy.
Hery menambahkan, memasuki usia 2 tahun BSI telah menjadi market leader dalam industri keuangan syariah di Indonesia, baik dari sisi jaringan, customer based, capital untuk dapat melayani umat dan nasabah. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di Indonesia, BSI terus mengoptimalkan potensi pengembangan Islamic Ecosystem dalam negeri, mulai dari peningkatan literasi keuangan syariah, menyasar ekosistem Ziswaf, masjid, pendidikan, kesehatan dan industri manufaktur lainnya.
“Pencapaian ini membuktikan strategic response BSI yang tepat untuk meraih pertumbuhan bisnis yang sehat, penghimpunan dana masyarakat, menjaga sustainability pertumbuhan yang fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset,” jelasnya. Ditulis Senin (6/2/2023).
Rasio keuangan BSI juga solid, tumbuh dan terintermediasi dengan baik. Terlihat dari ROE (Return of Equity) sebesar 16,84% dan ROA (Return of Asset) sebesar 1,98%. Selain itu, dari sisi biaya BSI mencatat efektifitas dan efisiensi yang tercermin dari rasio BOPO (Biaya Operasional) menjadi 75,88%.
BSI yakin kinerja positif di tahun 2022 akan terus berlanjut di tahun 2023, apalagi perseroan fokus untuk membangun Islamic Ecosystem dan memperkuat Ziswaf untuk kepentingan umat. “BSI siap membawa babak baru industri keuangan syariah melalui business model layanan keuangan, sosial dan spiritual yang dapat menjawab segala kebutuhan nasabah,” ucap Hery.