STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Multi Hanna Kreasindo Tbk (MHKI) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham pada Selasa (16/4). Usai melantai di BEI, manajemen MHKI langsung tancap gas untuk memacu kinerja bisnis.
Menurut Direktur Utama MHKI, Shahabuddin, pihaknya siap membangun pabrik di Lamongan, Jawa Timur. Wilayah ini dipilih untuk mengoptimalkan besarnya potensi pasar di Jawa Timur. “Terutama di Lamongan, yang strategis karena memiliki banyak pelabuhan,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Shahabuddin optimistis dengan membangun pabrik baru, MHKI akan mampu berkembang lebih cepat dan luas. Bukan itu saja, Lamongan dapat menjadi pintu gerbang bagi Perseroan untuk menjangkau pasar lokal dan wilayah Indonesia Timur. Sehingga, MHKI dapat memperluas pasar dan menekan sejumlah biaya. Itu seperti biaya pengelolaan limbah dan biaya transportasi.
“Caranya, kami akan hadir ke daerah-daerah yang memang potensial,” jelas Shahabuddin.
Shahabuddin mengatakan, dana untuk pembangunan pabrik di Lamongan antara lain berasal dari hasil IPO. Perseroan telah mengalokasikan sebesar 97,9% dana IPO untuk belanja modal atau capital expenditure (capex). Adapun rinciannya, sebesar 60,32% untuk memenuhi kebutuhan capex terkakait rencana pembangunan pabrik di Lamongan, Jawa Timur. Sedangkan sebesar 39,68% untuk capex di Head Office MHKI.
Sementara itu, sisa dana hasil IPO sebesar 2,1% akan dimanfaatkan sebagai modal kerja (workingcapital) MHKI. Itu berupa penambahan persediaan bahan baku dan biaya operasional. MHKI membutuhkan dana tersebut untuk mendukung kenaikan penjualan produk Perseroan.
Menurut pengumuman BEI, sebanyak 3,750 miliar saham MHKI bernominal Rp50 per unit itu dicatatkan di BEI pada Selasa (16/4/2024). Jumlah ini terdiri atas 3 miliar unit saham pendiri dan sebanyak 750 juta saham IPO.
Saham emiten bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun serta perdagangan barang besar berbagai macam barang ini dicatatkan di Papan Pengembangan BEI.
Emiten bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun serta perdagangan barang besar berbagai macam barang tersebut, memperoleh tambahan modal sebesar Rp120 miliar dari aksi korporasi ini.
Manajemen MHKI berkeyakinan, bisnis pengelolaan limbah memiliki prospek. Pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya atau B3 dan non B3 didorong untuk diimplementasikan ke dalam ekonomi sirkular.
Pemanfaatan limbah B3 memiliki potensi ekonomi yang besar, khususnya pemanfaatan bahan baku batangan logam. Mewujudkan ekonomi sirkular melalui perdagangan limbah sisa produksi sangat penting untuk mengurangi krisis lingkungan.
Beberapa prinsip yang dapat diterapkan melalui perdagangan limbah adalah pengurangan limbah, efisiensi sumber daya, kreasi nilai tambah, inovasi dan kestabilan rantai pasok. Kolaborasi antara Pemerintah, industri, dan organisasi internasional sangat diperlukan untuk formulasi kebijakan sisa limbah produksi dengan cara yang berkelanjutan.
Pemerintah dalam hal ini memberikan pemahaman dan dorongan pada perusahaan bahwa limbah B3 harus dikelola dan dapat dimanfaatkan kembali. Pemerintah Pusat dan Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan tugasnya masing-masing dituntut untuk menyusun peraturan yang diperlukan dalam pengelolaan limbah B3 untuk meningkatkan ketaatan perusahaan dalam mengelola limbah.
Dalam rangka meningkatkan kinerja Pengelolaan limbah B3 maka dilaksanakan pemantauan terhadap perusahaan. Pemantauan Pengelolaan limbah B3 dilakukan melalui mekanisme pemantauan langsung, pemantauan tidak langsung dan proper.