STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS kembali tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (25/2/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (26/2/2025) WIB. Data kepercayaan konsumen yang mengecewakan dan turunnya imbal hasil obligasi AS membuat greenback kehilangan daya tarik.
Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama, turun 0.2% ke 106,35, mendekati level terendah dua bulan di 106,12 yang tercapai pada Senin. Sementara itu, euro menguat 0.4% ke US$1,0503.
Tekanan pada dolar semakin besar setelah Conference Board melaporkan indeks kepercayaan konsumen AS anjlok 7 poin ke 98,3. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Agustus 2021 dan jauh di bawah perkiraan 102,5.
Analis menilai konsumen mulai khawatir dengan kondisi ekonomi ke depan. Menurut Brian Jacobsen dari Annex Wealth Management, meski kondisi saat ini masih baik, banyak orang merasa perubahan ekonomi yang terjadi cukup mengkhawatirkan.
Pasar juga dihantui ketidakpastian dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap Kanada dan Meksiko yang dijadwalkan berlaku pekan depan. Investor khawatir kebijakan ini bisa memicu kenaikan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
Di tengah kondisi ini, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 10,6 basis poin ke 4,287%, setelah sempat menyentuh level terendah 2,5 bulan di 4,283%.
Sementara itu, pergerakan di Eropa ikut memengaruhi dolar. Pernyataan Friedrich Merz, pemenang pemilu Jerman, yang menolak perubahan cepat pada kebijakan pembatasan utang negara membuat pelaku pasar mengubah pandangan terhadap euro. George Saravelos dari Deutsche Bank kini melihat risiko euro terhadap dolar lebih seimbang dalam beberapa bulan ke depan.
Tekanan pada dolar semakin nyata di berbagai pasangan mata uang. Dolar melemah 0.4% terhadap yen ke 149,16, sementara poundsterling naik 0.3% ke US$1,2664.
Di sisi lain, peso Meksiko menguat 0.1% ke 20,48 per dolar AS, sedangkan dolar Kanada justru melemah 0.2% ke C$1,43 per dolar AS.
Investor juga semakin waspada terhadap volatilitas pasar, terutama menjelang tenggat kebijakan tarif Trump pada 4 Maret. Goldman Sachs memperingatkan potensi gejolak besar dalam pergerakan mata uang jika Trump kembali memainkan strategi negosiasi yang agresif.
Dampak dari ketidakpastian ini juga terasa di pasar kripto. Bitcoin anjlok 8,13% ke US$86.340,15 akibat merosotnya selera risiko investor.