STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) resmi mengakuisisi 60% saham PT Huaneng Metal Industry (HNMI) senilai US$75 juta pada 31 Mei 2023. Demikian dikemukakan Deny Greviartana Wijaya, GM Legal/Sekretaris Perusahaan MBMA dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/6).
Dengan estimasi kurs Jisdor pada 31 Mei 2023 sebesar Rp15.003 per dolar AS, maka transaksi tersebut setara dengan Rp1,12 triliun. Adapun, 40% saham HNMI lainnya masih dikuasai oleh Plenceed International Industrial Limited.
HNMI telah berproduksi sejak tahun 2022 di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). HNMI memproses nikel matte kadar rendah (LGNM) yang memiliki kadar 18-22% yang diproduksi oleh smelter RKEF, mengurangi kandungan besi, untuk menghasilkan HGNM yang mengandung lebih dari 70% nikel. Berdasarkan pencapaian sebelumya, HNMI telah mempertahankan tingkat produksi tahunan sebesar 50.000 ton nikel dalam nikel matte.
Nikel matte adalah produk antara yang digunakan untuk memproduksi nikel sulfat, yang merupakan komponen integral dari rantai nilai baterai. Berdasarkan data historis, nikel matte mencapai margin yang lebih tinggi dari NPI, dengan tingkat pembayaran yang lebih tinggi per ton nikel basis.
Sebagai informasi, setelah meraih dana Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp9,2 trilliun, MBMA mengembangkan proyek hilirisasi nikel dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik.
Dana hasil IPO, digunakan antara lain untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel seperti fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60.000 ton per tahun untuk menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.
Sebagian lainnya akan digunakan untuk memperkuat modal kerja anak usaha, diantaranya PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan perusahaan tambang nikel dengan salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel.
Saat ini SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22% Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08% Co. Kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan akan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024.