STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Memasuki usia ke-45 tahun sejak diaktifkan lagi, Pasar Modal Indonesia kembali harus berjibaku menghadapi deretan tantangan baru yang kian kompleks. Sebagaimana dikemukakan oleh Djustini Septiana, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal I, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tantangan perekonomian Indonesia yang juga harus dihadapi oleh para pelaku di Industri Pasar Modal Tanah Air antara lain adalah tekanan inflasi global, respons pengetatan kebijakan moneter global yang lebih agresif, tekanan perekonomian global sebagai akibat berlanjutnya perang di Ukraina, risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.
Industri Pasar Modal Indonesia memang sempat babak belur ketika virus korona mulai menyebar di seantero nusantara di awal tahun 2020 lalu. Pada 24 Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia (BEI) merosot tajam ke titik terendah yakni di level 3.937,63. Kendati Pandemi Covid-19 yang sempat memporak-porandakan perekonomian global, masih mendera dunia hingga kini, namun setidaknya Industri Pasar Modal Indonesia telah belajar banyak dari pengalaman.
Terbukti, seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam mengendalkan pandemi, Pasar Modal Indonesia mampu bangkit lebih cepat dan kembali tumbuh kuat.
Iman Rachman. Direktur Utama BEI mencontohkan, pada 13 September 2022, IHSG berhasil mencapai level tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) yakni di level 7.318,02. Bukan hanya itu, kapitalisasi pasar Bursa Saham domestik juga menyentuh ATH pada 15 September 2022 yaitu Rp9.560 triliun.
Berdasarkan data BEI hingga Oktober 2022, kapitalisasi pasar Bursa Tanah Air merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN yakni mencapai US$604 miliar. Ini mengalahkan Singapura yang menempati urutan kedua dengan kapitalisasi pasar sebesar US$588 miliar. Adapun kapitalisasi pasar bursa Thailand dan Malaysia masing-masing adalah US$528 miliar dan US$339 miliar.
Pada 22 November 2022, jelas Iman, IHSG sukses juga mencatat pertumbuhan tertinggi ketiga di dunia setelah Turki (157,35%) dan Chili (22,89%) yang masing-masing menempati posisi pertama dan kedua. Adapun pertumbuhan IHSG secara year to date (ytd) sebesar 6,82% menjadi 7.030,59 poin dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp9.451 triliun.
“Pertumbuhan IHSG sudah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bursa lainnya,” tegas Iman.
Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di BEI dalam lima tahun terakhir melesat 75,3% dari Rp8,5 triliun pada 2018 menjadi Rp14,9 triliun per 22 November 2022. Di wilayah ASEAN, mengacu pada data Oktober 2022, RNTH di BEI tercatat tumbuh 15% menjadi sebesar US$1,076 miliar dan menempati posisi kedua tertinggi setelah Thailand sekitar US$2,09i miliar.
Saat ini, kata Iman, total jumlah emiten di BEI mencapai 820 perusahaan. Adapun sepanjang tahun ini, perusahaan yang telah melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offerig (IPO) mencapai 54 perusahaan. Dalam pipeline BEI, sedikitnya masih ada 43 perusahaan lagi yang siap IPO tahun ini hingga tahun depan.
Investor Pasar Modal Tembus 10 Juta, Mayoritas Pemodal Lokal
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat investor di pasar modal Indonesia tembus 10.115.140 investor. Berdasarkan data KSEI per 23 November 2022, jumlah total investor pasar modal yang mengacu pada Single Investor Identification (SID) telah mencapai 13.889.589, dimana sekitar 99,66% diantaranya merupakan pemodal lokal.
Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menyambut gembira capaian jumlah investor pasar modal yang telah menembus 10 juta tersebut. Menurutnya, hal ini merupakan berita baik bagi pasar modal di Tanah Air. Apalagi, lanjut dia, angka tersebut didominasi oleh investor lokal.
Selain menandakan bahwa investor lokal semakin percaya dan sadar pentingnya investasi pasar modal, dominasi investor lokal diharapkan dapat memberikan ketahanan bagi pasar modal Indonesia apabila diterpa isu global.
Dia menjelaskan, jumlah investor pasar modal meningkat 33,06% dari 7.489.337 di akhir tahun 2021. Tren peningkatan tersebut sudah terlihat sejak tahun 2019, ketika investor masih berjumlah 2.484.354. Implementasi simplifikasi pembukaan rekening efek, No: PR-017/KSEI/SKE/1122 Halaman 2/3, berdampak cukup besar bagi peningkatan jumlah investor pasar modal, terutama selama masa pandemi COVID-19.
Dalam pandangan Uriep, peningkatan jumlah investor yang cukup signifikan sudah terlihat selama periode tahun 2020-2021, dengan pertumbuhan lebih dari 100%. Kenaikan jumlah investor sejak tahun 2019 hingga 2021, lanjut dia, merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.
Berdasarkan data KSEI per 23 November 2022, investor pasar modal didominasi oleh pemilik modal berusia di bawah 30 tahun. Dari total jumlah investor, lebih dari 59% diantaranya merupakan pemodal milenial.
Optimisme Menatap 2023 di Tengah Gejolak Ekonomi Global
Di tengah gejolak ekonomi global yang belum mereda, ekonomi Indonesia terus menunjukkan ketahanan dan prospek yang baik. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tetap kuat pada kisaran 4,5-5,3%, dan akan terus meningkat menjadi 4,7-5,5% pada 2024.
Adapun dalam menghadapi ekonomi global yang dinilai sedang tidak baik-baik saja, Presiden RI, Joko Widodo, berpesan agar kita harus hati-hati dan waspada tanpa mengurangi optimisme. “Pada tahun 2023 betul-betul kita harus hati-hati dan waspada tanpa mengurangi optimisme”, ujar Presiden.
Sejalan dengan arahan Presiden RI, Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyusun Master Plan BEI 2021 – 2025. BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada 2023 mencapai Rp14,75 triliun. Selain itu, BEI juga membidik 70 pencatatan efek baru di tahun depan. Itu terdiri dari pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE) dan Efek Beragun Aset (EBA).
Menurut Iman Rachman. Direktur Utama BEI, target-target di atas disusun berdasarkan Master Plan BEI 2021 – 2025 dengan mempertimbangkan beberapa asumsi makroekonomi. Pihaknya juga telah menuangkan sejumlah target di atas dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2023, yang sudah disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEI di Jakarta, Rabu (26/10/2022) lalu.
“Pengembangan yang akan dilakukan BEI serta penetapan penggunaan asumsi dalam penyusunan RKAT 2023 tentunya lebih optimis. Hal ini seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berlangsung sepanjang tahun 2022. Namun, BEI akan tetap memperhatikan perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia serta kondisi perekonomian global,” ujar Iman.
Iman mengemukakan, untuk mencapai target-target tersebut di atas, BEI telah menyiapkan sejumlah strategi. Itu antara lain melalui berbagai kegiatan yang melibatkan perusahaan tercatat dan calon perusahaan tercatat. Adapun kegiatan yang saat ini dilakukan merupakan kombinasi penyelenggaraan sosialisasi, one-on-one meeting, serta workshop. “Mayoritas kegiatan tersebut sudah rutin dilaksanakan secara virtual melalui media online. BEI juga akan terus menerus secara aktif menarik perusahaan tercatat baru dari sektor New Economy, Start-Up, dan Renewable Energy,” paparnya.
BEI, lanjut dia, secara berkesinambungan mendukung pengembangan sekaligus kepatuhan Anggota Bursa dan Partisipan. Ini diwujudkan melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi, pertemuan rutin, dukungan jasa informasi, serta dukungan teknis dalam pengembangan sistem dan layanan kebursaan.
Tidak hanya itu, BEI juga terus berupaya melakukan pengembangan pasar untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas investor pasar modal. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat atau calon investor sekaligus investor secara efektif serta berkesinambungan yang dilakukan secara hybrid (online dan offline). Kegiatan tersebut antara lain adalah Sekolah Pasar Modal (SPM), Capital Market Summit & Expo (CMSE), public expose live, edukasi bersama dengan berbagai institusi, hingga fokus sosialisasi produk – produk kebursaan, khususnya produk waran terstruktur yang kami lihat mendapatkan respon positif dari pelaku pasar.