Kamis, Maret 20, 2025
26.9 C
Jakarta

Pasar Asia-Pasifik Bergerak Variatif di Tengah Ketidakpastian Tarif dan Kekhawatiran Resesi di AS

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik bergerak bervariasi pada perdagangan Rabu sore (12/3/2025) waktu setempat. Ini terjadi di tengah ketidakpastian kebijakan tarif yang diterapkan Presiden AS Donald Trump. Pasar juga masih dibayangi kekhawatiran resesi di ekonomi terbesar dunia tersebut.

Mengutip CNBC International, Wall Street sebelumnya mengalami pergerakan liar setelah Gedung Putih mengonfirmasi bahwa tarif impor baja dan aluminium sebesar 25% mulai berlaku untuk Kanada dan negara lainnya. Namun, Trump membatalkan rencana untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium Kanada menjadi 50%.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 ditutup stagnan di 36.819,09, sedangkan indeks Topix naik 0,91% ke 2.694,91. Saham Nissan naik 0,61% setelah perusahaan mengumumkan bahwa CEO Makoto Uchida akan mengundurkan diri pada 1 April. Ia akan digantikan oleh Ivan Espinosa, yang saat ini menjabat sebagai Chief Planning Officer Nissan.

Nissan sebelumnya sempat berdiskusi dengan Honda Motor terkait rencana merger yang akan menjadikan mereka produsen mobil terbesar ketiga di dunia. Namun, negosiasi tersebut akhirnya batal. Honda disebut masih terbuka untuk kembali berdiskusi setelah Uchida resmi mundur. Saham Honda sendiri melemah 0,14%.

Di Korea Selatan, indeks Kospi melonjak 1,47% ke 2.574,82, sementara indeks Kosdaq naik 1,11% ke 729,49. Sebaliknya, bursa Hong Kong dan China mengalami tekanan. Indeks Hang Seng melemah 1,36% menjelang penutupan, sedangkan indeks CSI 300 turun 0,36% ke 3.927,23.

Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi pemerintah China tenor 10 tahun bertahan di 1,918% dan semakin mendekati level psikologis 2%. Sementara itu, obligasi tenor 30 tahun tercatat di 2,015% setelah sebelumnya sempat menembus level 2% pada Senin.

Di sektor saham, perusahaan teknologi Robosense mencatat lonjakan hingga 18,28% di bursa Hong Kong. Saham peritel perhiasan Chow Tai Fook juga menguat 7,15%.

Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia merosot 1,32% dan berakhir di 7.786,20. Di India, indeks Nifty 50 turun 0,55%, sedangkan BSE Sensex melemah 0,34% pada pukul 13.15 waktu setempat.

CEO National Stock Exchange of India, Ashish Chauhan, mengungkapkan bahwa pasar modal India berhasil mengumpulkan US$19,2 miliar dari IPO sepanjang tahun lalu. “Itu merupakan jumlah terbesar di dunia,” ujarnya dalam acara CNBC CONVERGE LIVE.

Chauhan menambahkan hingga tahun ini, IPO di India masih berjalan, meskipun tidak secepat tahun lalu. “Jika pasar naik… kita akan melihat lebih banyak IPO ke depan,” katanya.

Dari AS, indeks S&P 500 ditutup melemah 0,76% di 5.572,07. Dow Jones Industrial Average anjlok 478,23 poin atau 1,14% ke 41.433,48, sedangkan Nasdaq Composite turun tipis 0,18% ke 17.436,10.

Analis dari T. Rowe Price, Tim Murray, menilai bahwa ketidakpastian kebijakan tarif AS masih akan terus membebani pasar dalam waktu dekat. “Langkah agresif yang diambil pemerintahan Trump kemungkinan akan menekan pertumbuhan dan sentimen pasar,” ujarnya.

Meski begitu, Murray memperkirakan obligasi masih akan menjadi aset lindung nilai bagi investor di tengah volatilitas pasar. Ia juga memprediksi bank sentral, termasuk The Fed, akan turun tangan untuk menstabilkan pertumbuhan ekonomi jika situasi semakin memburuk.

Artikel Terkait

Bursa Eropa Menguat Jelang Keputusan The Fed, Saham Pertahanan Jerman Melemah

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa menguat pada penutupan...

Pasar Asia-Pasifik Ditutup Variatif, Investor Pantau Tekanan Saham Teknologi dan Kebijakan Bank Sentral Jepang

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik berakhir beragam pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini